Kamis sore. Ari duduk di balkon kamarnya. Inem, pembantu yang
lugu, cantik dan bahenol, mengepel lantai balkon. Ari teringat kejadian
kemarin dengan Mita yang pulang tadi pagi. Tengah merenung, mata Ari
tiba-tiba tertumbuk ke payudara Inem! Kancing atas baju Inem terlepas
dua, sehingga payudaranya terlihat jelas. Ternyata tidak menggunakan BH.
Inem menyadari Ari menatapnya jalang. Pipinya memerah, menambah ayu
wajah desanya. Ketika Inem menyadari kancing baju bagian atas lepas,
segera dibenarkan, dan merah di mukanya makin menjadi. Inem cepat-cepat
berbenah dan keluar dari kamar Ari. Inem tampak menggiurkan dari
belakang dengan kain yang melilit tubuhnya. Inem sekarang menjanda,
korban perkawinan usia muda. Paling tua mungkin 18 tahun sekarang. Ari
sendiri berumur 19 tahun.
Tak lama kemudian, Ari merasa birahinya muncul akibat Inem. Dipanggilnya Inem lewat intercom.
"Neem! Inem, cepet!".
"Nggih, Den Bagus", Inem tergopoh-gopoh menjawab.
"Pijetke aku, Inem, aku pegel!", keluar bulusnya Ari.
"Nggih, Den Bagus", Inem segera menuju kamar Ari.
Ketika Inem masuk, Ari ternyata sudah menanggalkan pakaiannya, dan bersembunyi di balik pintu. Inem masuk, tidak melihat Ari.
"Den, kulo sampun siap mijet", kata Inem.
"Aku dibelakangmu, Inem", Ari mengagetkan Inem yang terperangah melihat Ari telanjang.
"Den,
mboten Den, ampun, Den!", Inem ketakutan. Ari tidak menjawab, hanya
maju mendekati Inem. Inem mundur seiring Ari maju, hingga tersandung
dan jatuh ke ranjang.
"Kulo njerit, lho, Den!", Inem mengancam.
"Teriak aja", tantang Ari, karena kamarnya kedap suara.
Ari
menyusul Inem, menciumnya, dan membuka kemeja Inem. Saking ketakutan,
Inem tidak berontak. Setelah kemeja Inem terlepas, Ari ganti menciumi
dan mengulum payudara serta puting Inem. Payudara Inem ternyata lebih
besar, lebih indah daripada cewek-cewek yang lain, dan lebih kenyal.
Ari merobek kain Inem, dan ternyata bulu vagina Inem lebat sekali.
Jari
Ari masuk ke dalam vagina Inem, meraba-raba, memberi rangsangan.
"Nggh! Den, sampun, nggh! Den", desah Inem setelah mencapai orgasme
pertamanya. Ari tidak peduli. Jarinya keluar, ganti penisnya yang
mengeras masuk. Ari mengeluar-masukkan penisnya dengan keras, tapi
lembut. Inem merasakan nikmat yang tiada duanya karena clitorisnya
terdesak penis Ari.
Ketakutan Inem telah berubah menjadi
kenikmatan. Inem menggoyangkan pinggulnya, mencoba menyedot penis Ari,
tetapi Ari tetap saja dapat mengeluar-masukkan penisnya, malah
mempercepat tempo. Sementara puting susu Inem dikulum Ari, lalu pindah
ke leher Inem, diciuminya dengan penuh gairah. Sontak Inem mengejan,
memeluk Ari erat. Tapi.., "Nggh! Nggh!", Inem mencapai orgasme lagi.
Inem berusaha melepaskan diri karena capek, tapi tak berhasil. Ari
tetap mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut.
Karena
Inem kehabisan tenaga, orgasmenya yang ketiga terhitung cepat, hanya
sekitar tiga menit dan, "Nggh! Nggh! Ngghh! Den, sampun, kulo mboten
kiat!".
Tetap saja Ari yang maniak seksini menggoyang pinggul dan mengeluar-masukkan penisnya.
"Den, stop, Den!", jerit Inem.
"Inem,
sebentar", Ari merasa maninya akan keluar, dan dipercepat temponya.
Ari memeluk Inem erat, begitu juga dengan Inem. Dan, "Awggh! Ngghh!
Den, stop!" Inem mencapai klimaksnya terlebih dahulu.
"Ngghh!",
akhirnya Ari tidak dapat membendung lagi. Ari segera bangun, mengambil
sejumlah uang bernilai satu setengah bulan gaji. Diberikannya pada
Inem.
"Matur nuwun sanget, Den Bagus!", Inem girang. Bayangkan, satu setengah bulan gaji!
Seminggu
kemudian ketika Ari sedang berenang di kolam renang pribadinya, ketika
birahinya muncul. Ari segera teringat Inem. Rumah sedang sepi. Tinggal
Ari, Inem, dan Inah, Adik Inem.
"Neem! Gawe'ke (bikinin) sirup!", Ari berteriak memanggil.
"Nggih Den!" Inem menyahut.
Tak
berapa lama kemudian Inem datang membawa segelas sirup. Ketika Inem
mendekat, Ari mengamati tubuh Inem. Masih seperti minggu lalu. Ari
menunggu Inem menaruh gelas. Setelah Inem berbalik, Ari langsung
menerkam Inem. Inem memberontak.
"Den, mboten, Den", Inem mengiba
seperti waktu itu. Ari tidak mempedulikannya, malah menceburkan dirinya
dan Inem ke kolam renang bagian dangkal. Tubuh Inem yang terbungkus
daster, segera terlihat bagian dalamnya. Inem tidak memakai bra.
Payudaranya yang indah semakin mengkal dan berwarna merah muda.
Rambutnya terurai, membuat dia semakin seksi, dan menambah gairah Ari.
Ari
segera melepas dasternya, merobek celana dalamnya. Bibir dan leher
Inem dikulum Ari. Payudaranya menegang. Ibaan Inem berganti ke desah
kenikmatan. Jari Ari masuk ke vagina Inem, dan memainkannya di dalam
vagina Inem. Tubuh Inem bergetar, menahan agar cairannya tidak keluar.
Tapi, apa daya, tubuhnya menggelinjang hebat, seiring keluarnya cairan.
Ari segera mengeluarkan jari, dan penisnya menggantikan jarinya.
Ari
bermain gentle, mengeluar-masukkan penisnya dengan lembut diiringi
erangan Inem. Inem mencoba mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya.
Ari membalas dengan mempercepat tempo, dan mengulum puting Inem,
disertai gigitan-gigitan kecil.
"Den, kulo mboten kiat (kuat),
Den!", iba Inem. Tubuh Inem bergetar akibat orgasme yang kedua kali.
Ari meningkatkan serangan, dengan meremas pantat, dan menjilati leher
Inem yang jenjang.
"Ngghh!", Inem mengerang, mengeluarkan
cairannya untuk ketiga kalinya. Inem memberontak dan berhasil lepas.
Lari. Tapi karena berat badannya ditahan air, Ari langsung menerkam,
dan memaksa Inem bersimpuh. Langsung Ari memasukkan penisnya dari
balakang dengan posisi doggie style, disertai remasan pada payudara,
dan jilatan pada tengkuk Inem. Inem hanya bisa mengerang nikmat.
"Nggh!",
untuk ketiga kalinya Inem menyerah kalah, lalu Ari menukar posisi
Inem. Ari di bawah, Inem di atas. Ari membimbing Inem bergerak kedepan
dan ke belakang. Ari mempercepat gerakan dan, "Ngghh!", Inem menyeInah
untuk kesekian kalinya dengan getaran yang hebat.
"Den,
kulo mboten kiat, Den!", Inem benar-benar mengiba. Melihat Inem tidak
berdaya, Ari yang belum puas segera memanggil Inah, Adik Inem yang
berumur 16 tahun, tapi manis, seksi, menggairahkan, dan sepertinya,
masih perawan!, Hmm, Yummy!! Ari berteriak memanggil Inah..", Inah..
sini!"..
"Sekedap (sebentar), Den!", Inah tergopoh-gopoh lari ke kolam renang. Rupanya Inah belum tahu apa yang terjadi.
Sampai
di pinggir kolam renang, Inah hanya melihat kakaknya telanjang bulat,
tergeletak pasrah di kolam renang yang dangkal. Tiba-tiba Ari muncul
dari dasar, dan melompat ke darat dengan telanjang bulat. Inah
terperangah, terpaku di tempat. Ari segera melepas kebaya Inah dengan
hanya sekali rengutan. Payudaranya turun naik, mengikuti gaya yang yang
di praktekkan Ari.
Ari mengamati tubuh Inah. Sangat
indah. Wajah desa yang ayu, makin manis bila terperangah. Rambutnya
yang sepinggang, menambah seksi. Belum lagi tubuhnya. Halus dan indah
seperti pahatan pematung terkenal. Lehernya yang jenjang, payudaranya
yang penuh, perut kecil, tubuh padat dan indah, ditambah dengan pinggul
yang besar. Ari merengut jarik Inah. Terlihatlah kakinya yang indah,
paha mulus, dan bulu vagina yang lebat. Ari menciumi leher Inah,
payudaranya, mengulum putingnya, dan meremas pantat Inah. "Den, mboten,
Den", iba Inah, seperti ibaan kakaknya.
Terlambat, jari
Ari memasuki vaginanya. Ternyata masih perawan. Tiba-tiba Inah
diceburkan Ari ke kolam. Inah megap-megap. Rambutnya yang basah,
menambah besar birahi Ari. Ari menyeburkan diri, mendekai Inah. Inah
merapat ke dinding, berpegangan pada lis di tepi kolam. Ari menciumi
bibir Inah dengan penuh nafsu, kemudian mengulumnya, seperti hendak
dilumatnya. Inah yang belum pernah ciuman, kaget, tapi menikmatinya.
Kemudian dengan perlahan Ari memasukkan penisnya yang mengeras ke
vagina Inah yang perawan.
"Aggh!", erang Inah, meraskan sakit
sekaligus nikmat, karena penis Ari besar dan panjang. Darah keluar,
bercampur dengan air, lalu hanyut. Ari bermain gentle, tapi Inah tidak
bisa mengimbangi. Dengan berpegang kuat-kuat pada lis, Inah mengejan.
"Nggh!!
Den, nikmat, Den", desah Inah. Ari mulai lagi. Inah memeluk Ari. Ari
menjilati leher, menciumi bibir, payudara, mengulum bibir dan puting.
Inah mencoba menggoyang. Ari tidak mau kalah. Dipercepat gerakannya
dan, "Nggh! Den, sampun (sudah), Den!", Inah mengiba.
Ari
tidak peduli. Tubuh Inah diputar hingga membelakangi Ari. Kemudian
dimasukkan penisnya, dan mendorong tubuh Inah ke bawah dan ke atas,
sembari meraba tubuh Inah yang nyaris sempurna, meremas payudaranya, dan
menjilati lehernya. Inah nampaknya menikmati permainan ini. Tapi..,
"Nggh!". Inah mencapai klimaks yang ketiga. Ari menggendong Inah ke
bagian dangkal lalu membaringkan di sebelah Inem yang sedang kelelahan.
Ari mengambil posisi atas, dan bermain kasar terhadap Inah. Dalam
posisi ini, Inah kalah sampai tiga kali.
Ari sekarang di
bawah, membantu Inah. Tak lama kemudian, Inah memeluk Ari erat-erat
karena sedang menahan cairannya agar tak keluar. Ari juga memeluk Inah,
karena merasa air maninya akan keluar dan.., "Awggh!, Nggh!". Ari dan
Inah mencapai orgasme pada waktu yang bersamaan, dan cairan mani
membanjiri vagina Inah.
Tapi Ari belum puas, dan menyergap
Inem. Inem tidak berdaya. Ari bermain kasar dan.., "Nggh!, Awggh!",
Cairan hangat dan kental dari Ari dan Inem membanjiri vagina Inem. Ari
berdiri, lalu mengambil uang sejumlah empat bulan gaji untuk mereka
berdua. Inem dan Inah berterima kasih karena mendapatkan uang sebesar
dua bulan gaji!
TAMAT
Minggu, 12 Mei 2013
Nikmatnya Pembatuku
08.48
No comments
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar